Pages

Kamis, 15 Desember 2011

peran wanita dalam pembentukan generasi bangsa


Wanita  merupakan benteng utama dalam keluarga. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dimulai dari peran perempuan dalam memberikan pendidikan kepada anaknya sebagai generasi penerus bangsa. Pertumbuhan suatu generasi pertama kali berada di buaian para ibu, maka mau tak mau peran seorang wanita dalam perbaikan kualitas mental bangsa ada ditangan para wanita.Untuk menjadikan salah seorang penerus bangsa yang memiliki mentalitas yang berkualitas dimata bangsa dan agama, maka sebagai agen perubahan tersebut seorang wanita juga harus memiliki mentalitas yang berkualitas yang mampu mengubah dunia dengan pola pikir dan cara pengasuhannya kepada anak-anaknya.
 Karakter yang sangat penting yang harus dimiliki seorang wanita adalah bertanggung jawab, seorang ibu yang bertanggung jawab, tidak akan mungkin menelantarkan kegiatan rumah tangganya hanya demi popularitasnya semata, kebanyakan dari kaum wanita mengatakan emansipasi wanita sebagai salah satu dalih mereka meninggalkan kegiatan dalam pengasuhan mereka, mereka lebih asyik bergelut dalam dunia kerjanya yang akan mengambungkan popularitasnya, pundi-pundi kantongnya yang tak lain untuk meningkatkan kesejahteraan keluarnya sendiri. Wanita karirlah intinya.
Tapi ada yang lebih menganehkan lagi, ada juga ibu-ibu yang tinggal di rumah akan tetapi mereka juga tidak terlalu memperhatikan perkembangan anak-anaknya, kecapekan mengurus rumah dalihnya, halaah problematika ibu rumah tangga banget itu.  
Nah seorang ibu seharusnya harus memiliki mentalitas sebagai pendidik, walaupun seorang perempuan itu berprofesi  sebagai pedagang mau tak mau ia harus berperan sebagai pendidik bagi anak-anak, kegiatan mendidik yang dilakukan di rumah tidak sama persis seperti kegiatan mengajar yang ada di sekolah-sekolah. Bedanya, ya kalau guru yang mengajar di sekolah-sekolah harus bergelarkan sarjana pendidikan dulu baru bisa mengajar, sebaliknya tidak mesti menjadi sarjana pendidikan dulu baru bisa mendidik anak-anaknya, hadooh kayaknya saya jadi ngomongin cara pengasuhan anak, kayak pengalaman aja, nah jadi intinya seperti ini.
Untuk menghasilkan anak-anak yang berkualitas maka harus dimulai dari 20 tahun pertama dalam rentan kehidupan anak tersebut, dengan kata lain, untuk dapat mencetak para penerus bangsa yang memiliki akhlak yang baik dimulai dari kita terlebih dahulu, apalagi kita selaku calon pendidik yang berperan di dua tempat sekaligus, rumah dan sekolah, otomatis kita akan menjadi contoh disetiap tempat, kalau kita tidak memulai dari sekarang untuk meninggalkan aktivitas-aktivitas yang buruk, seperti jam karet, nyontek, malas ini-malas itu, kapan lagi kita berubah? Terlebih lagi sebagai seorang wanita kita tidak boleh melupakan eksensinya seorang ibu, banyak orang yang berpendapat bahwa menjadi wanita karir adalah tujuan hidup, jangan sampai kita salah mengartikan bahwa emansipasi wanita sebagai alat untuk lepas dari tanggung jawab sebagai seorang ibu, kita harus sadar setinggi apapun profesi kita pada hakikatnya menjadi seorang ibu adalah profesi yang paling mahal harganya.
Kebanyakan dari kaum wanita sekarang melupakan peranannya dalam mendidik anak, banyak yang beranggapan menjadi ibu rumah tangga adalah alternatif terakhir dalam jalan hidupnya, akan tetapi sebagai seorang wanita seharusnya menyadari bahwa berkarir adalah salah satu kegiatan sambilan dalam mendidik anak-anaknya, tidak salahnya berkarir di luar rumah akan tetapi juga harus menyadari pentingnya mendidik anak di rumah, jadi jangan sampai wanita-wanita indonesia menjadi wanita karir yang berumah tangga, akan tetapi jadilah ibu rumah tangga yang berkarir, sehingga dapat lebih memfokuskan diri pada kegiatan pendidikan keluarga. Karakter seperti itulah yang harus dimiliki oleh para wanita sebagai agen perubahan peningkatan karakter bangsa, khususnya penerus bangsa.

Jumat, 09 Desember 2011

pelataran bunga yang kecewa

aku ini bukanlah racun yang akan membunuhmu berlahan-lahan, aku pun tak mau menjadi sumber bencana dalam kehidupanmu di dunia ini dan di akhirat kelak.. aku sadari aku hanyalah menusia biasa yang tak sanggup menahan hasrat akan indahnya dunia, mataku sering kali terbutakan oleh dunia semu yang menyilaukan mata.
akan tetapi dalam lubuk hati terdalam, tak sedikit niat pun menyakiti, membuat gundah atau gelisah.. kusadari aku salah dalam melangkah tapi ternyata aku masih belum sanggup untuk menantang dunia.
ketika hidupku ini dikatakan bagai ular, yang begitu mempesona tapi menyiksa, begitu sakit hati setiap wanita yang takberniat untuk menjadi sesosok ular bagi ,

siapa yang tau hati manusia? siapa yang bisa mengatur takdirnya? tak ada satu orangpun yang bisa melakukannya kecuali Sang pemilik kehidupan. wahai dunia yang indah namun semu, inilah kata bagi setiap manusia yg saling lempar-melempar kesalahan bagi setiap pelakunya.
bagi wanita yang menjadi sumber bencana, siaplah untuk menjadi korban kesemuan dunia yang telah kau ciptakan sendiri.
tapi sekali lagi kukatakan "AKU BUKAN RACUN yang AKAN MEMBUNUHMU dAN AKU TAK INGIN MENJADI SUMBERMASALAH dalam KEHIDUPANMU, karena AKU INGIN MENJADI PENYEJUK HATIMU bukanlah SUMBER DERITAMU"

Kamis, 08 Desember 2011

Jalannya Masyarakat Tak Berdaya

Lucu sekali kota ini, aku sangat geram dengan kondisi yang ada di lingkungan tempat tinggalku. Tadi sore selepas pulang dari aktivitas perkuliahanku, aku melewati jalan panjang di depan gang rumahku yang selalu setia merenggut dengan wajahnya yang penuh dengan lubang itu. Ketika aku melihat perbaikan dari wajah sang jalan yang penuh dengan noda penderitaan itu, aku sangat bahagia. Akhirnya jalan ini akan tersenyum ceria lagi, akhirnya jalan ini mulus lagi.
Aku tak tahu kapan terakhir jalan di gang rumahku ini di perbaiki, tapi setahuku semenjak aku berada di bangku kelas 3 SD jalan di gangku yang dulunya terlihat sangat gagah itu tak pernah disentuh oleh sentuhan magic para pekerja konstruksi jalan. Hingga kini jalan yang dulunya sangat gagah itu, akhirnyapun rapuh olah zaman, lubang-lubang mulai menghiasi sisi-sisinya, hampir sepanjang jalan di gang Bhakti Husada 6 RT.12 ini penuh dengan lubang, bahkan nyaris aspal-aspalnya sudah lepas dan tak berbentuk lagi, hanya bagian jalan yang di dekan jalan raya saja yang masih terlihat bagus.
Sudah banyak warga di kawasan ini yang jatuh dari kendaraan bermotornya, apalagi ketika melewati tanjakan nista yang begitu mengerikan itu, jangankan mereka yang membawa motor, saya saja sebagai pejalan kaki sejati ini saja sering terjungkal-jungkal tak berdaya dalam bertarung melewati tanjakan yang mengerikan itu, sore ini kawasan di lingkungan tempat tinggalku mulai gempar, mereka sangat kecewa dengan kebijakan yang mereka sendiri tidak tahu siapa yang menciptakannya.
Suatu ironi yang terjadi, mengapa jalan yang di dekat jalan raya yang hampir bisa dikatakan tidak terlalu parah kerusakannya diperbaiki, sedangkan jalan yang begitu parah dan banyak menyebabkan kecelakaan malah tidak digubris, apalagi dengan kondisi masyarakat yang tinggal di daerah dekat jalan raya itu bisa dikatakan kalangan elite sehingga muncullah kecemburuan social dari warga masyarakat yang tinggal di kawasan daerah gang yang sedikit dibagian dalam yang notabennya warga masyarakat menengah kebawah, sehingga ada indikasi dari masyarakat yang mengatakan ada udang dibalik batu.
Saya sendiri terheran-heran dengan pola pikir mereka-meraka yang di atas sana, ahli tataruang kota Bengkulu ini atau ahli apalah yang bertanggung jawab dalam menentukan kebijakan fasilitas umum kota ini. Kenapa tidak memprioritaskan jalan yang memang sudah tidak layak jalan untuk diperbaiki, dan mengapa harus menambal jalan yang tidak terlalu penting untuk ditambal. Hmm saya ini orang awam, dan berunding dengan masyarakat yang awam juga tentang atur-mengatur tatanan fasilitas kota ini.
Warga yang kecewa dengan keadaan ini masih berharap kalau-kalau jalan itu akan diperbaiki selanjutnya hingga mengenai jalan yang memang sangat parah keadaanya, tapi kenyataannya belum ada kepastian yang jelas tentang fasilitas yang ini. Apakah kami masih harus menunggu 10 tahun lagi atau kapan, kami tidak tahu. Semua masyarakat dari kalangan manapun berhak mendapatkan pelayanan yang sama, bukankah harusnya para pemerintah harusnya lebih memprioritaskan mereka-mereka yang lemah dan tak berdaya, untuk apa memberi obat kepada orang yang tidak sakit sedangkan yang sakit di buang di baksampah karena ketakberdayaanya?