Lucu sekali kota ini, aku sangat geram dengan kondisi yang ada di lingkungan tempat tinggalku. Tadi sore selepas pulang dari aktivitas perkuliahanku, aku melewati jalan panjang di depan gang rumahku yang selalu setia merenggut dengan wajahnya yang penuh dengan lubang itu. Ketika aku melihat perbaikan dari wajah sang jalan yang penuh dengan noda penderitaan itu, aku sangat bahagia. Akhirnya jalan ini akan tersenyum ceria lagi, akhirnya jalan ini mulus lagi.
Aku tak tahu kapan terakhir jalan di gang rumahku ini di perbaiki, tapi setahuku semenjak aku berada di bangku kelas 3 SD jalan di gangku yang dulunya terlihat sangat gagah itu tak pernah disentuh oleh sentuhan magic para pekerja konstruksi jalan. Hingga kini jalan yang dulunya sangat gagah itu, akhirnyapun rapuh olah zaman, lubang-lubang mulai menghiasi sisi-sisinya, hampir sepanjang jalan di gang Bhakti Husada 6 RT.12 ini penuh dengan lubang, bahkan nyaris aspal-aspalnya sudah lepas dan tak berbentuk lagi, hanya bagian jalan yang di dekan jalan raya saja yang masih terlihat bagus.
Sudah banyak warga di kawasan ini yang jatuh dari kendaraan bermotornya, apalagi ketika melewati tanjakan nista yang begitu mengerikan itu, jangankan mereka yang membawa motor, saya saja sebagai pejalan kaki sejati ini saja sering terjungkal-jungkal tak berdaya dalam bertarung melewati tanjakan yang mengerikan itu, sore ini kawasan di lingkungan tempat tinggalku mulai gempar, mereka sangat kecewa dengan kebijakan yang mereka sendiri tidak tahu siapa yang menciptakannya.
Suatu ironi yang terjadi, mengapa jalan yang di dekat jalan raya yang hampir bisa dikatakan tidak terlalu parah kerusakannya diperbaiki, sedangkan jalan yang begitu parah dan banyak menyebabkan kecelakaan malah tidak digubris, apalagi dengan kondisi masyarakat yang tinggal di daerah dekat jalan raya itu bisa dikatakan kalangan elite sehingga muncullah kecemburuan social dari warga masyarakat yang tinggal di kawasan daerah gang yang sedikit dibagian dalam yang notabennya warga masyarakat menengah kebawah, sehingga ada indikasi dari masyarakat yang mengatakan ada udang dibalik batu.
Saya sendiri terheran-heran dengan pola pikir mereka-meraka yang di atas sana, ahli tataruang kota Bengkulu ini atau ahli apalah yang bertanggung jawab dalam menentukan kebijakan fasilitas umum kota ini. Kenapa tidak memprioritaskan jalan yang memang sudah tidak layak jalan untuk diperbaiki, dan mengapa harus menambal jalan yang tidak terlalu penting untuk ditambal. Hmm saya ini orang awam, dan berunding dengan masyarakat yang awam juga tentang atur-mengatur tatanan fasilitas kota ini.
Warga yang kecewa dengan keadaan ini masih berharap kalau-kalau jalan itu akan diperbaiki selanjutnya hingga mengenai jalan yang memang sangat parah keadaanya, tapi kenyataannya belum ada kepastian yang jelas tentang fasilitas yang ini. Apakah kami masih harus menunggu 10 tahun lagi atau kapan, kami tidak tahu. Semua masyarakat dari kalangan manapun berhak mendapatkan pelayanan yang sama, bukankah harusnya para pemerintah harusnya lebih memprioritaskan mereka-mereka yang lemah dan tak berdaya, untuk apa memberi obat kepada orang yang tidak sakit sedangkan yang sakit di buang di baksampah karena ketakberdayaanya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar